Salah satu aktivis Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera) Adrian Napitupulu menyatakan Aksi 27 Maret mendatang dilakukan serentak di 33 Propinsi dan 340-an kabupaten dan kota. Berdasarkan perkiraan dan informasi seluruh peserta aksi bisa mencapai 2,5 juta orang.
Manurut Adrian, massa terbesar melibatkan massa dari kaum Buruh, Petani, Nelayan, Pedagang Kaki Lima, Mahasiswa dan simpatisan partai dari PDIP, serta Gerindra. Aksi massa dilanjutkannya terkonsentrasi di Ibukota Propinsi, sementara aksi dalam jumlah kecil dilakukan di ibukota kabupaten, bahkan dilakukan juga di kantor-kantor kecamatan dan desa.
"Aksi 27 Maret akan menjadi sejarah Demontrasi terbesar di Indonesia bahkan di Dunia. Aksi ini menjadi fenomenal, bukan saja karena dilakukan serentak dalam 1 hari tetapi juga dari jumlah massa maupun solidaritas lintas sektoral yang terbentuk," ungkap Adrian melalui BlackBerry Messenger kepada okezone, Minggu (25/3/2012).
Mantan aktifis Forum Kota (Forkot) ini juga memaparkan jika solidaritas pasif ikut diperhitungkan, seperti mereka yang ikut menunjukan solidaritas dengan pemogokan tetapi tidak datang ketempat kerja (mogok pasif) maka jumlahnya bisa melebihi 2,5 juta orang.
Demontrasi besar-besaran 27 Maret mendatang diklaim mengalahkan jumlah massa dalam demontrasi di Mesir yang menjatuhkan Husni Mubarak dan demonstrasi Tunisia yang jatuhkan Ben Ali.
Dijelaskannya pula, hingga saat ini tuntutan sudah mengkerucut pada tiga hal. Pertama menolak kenaikan BBM (Tuntutan Populis), Nasionalisasi aset Tambang dan Migas (Tuntutan Ideologis) dan Turunkan SBY-Boediono (Tuntutan Politis).
Perbedaan antara Demonstrasi 27 Maret dengan demonstrasi negara lain diterangkannya, karena kepemimpinan isu maupun lapangan dalam aksi 27 Maret bukan di pegang oleh Partai Oposisi tetapi oleh Mahasiswa dan Buruh. Sementara di negara lain umumnya kepemimpinan seluruhnya di pegang oleh Partai Oposisi.
"Itulah sebabnya SBY mengkategorikan aksi 27 Maret ini dengan istilah "Gerakan Aneh" karena baik pola gerak, mekanisme komunikasi antara kelompok hingga kepemimpinan sulit untuk di identifikasikan sebagai gerakan di bawah kepemimpinan tunggal," pungkasnya.
0 komentar:
Posting Komentar